Selasa, 01 Desember 2009

KEUTAMAAN BERDOA

KEUTAMAAN BERDOA 
Oleh: Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin al-Badr –hafidhahullah.




Kedudukan doa di dalam Islam sangat agung, tempatnya sangat mulia dan posisinya sangat tinggi. Karena doa adalah ibadah yang paling agung, ketaatan yang paling besar dan pendekatan diri paling bermanfaat. Oleh karena itu banyak nash / dalil yang menyebutkannya di dalam Kitab Allah I dan sunnah Rasulullah l yang menerangkan tentang keutamaannya dan menyebutkan kedudukan dan keagungan keadaannya, serta menghimbau dan menghasungkan tentangnya. Banyak sekali jenis pendalilan dari nash-nash ini dimana semuanya menerangkan tentang keutamaan doa. Ada yang berbentuk perintah dan hasungan. Ada yang berupa peringatan dari meninggalkannya dan sombong daripadanya. Pada sebagiannya mengingatkan keagungan pahalanya dan besarnya balasan di sisi Allah. Ada pula yang berupa pujian bagi orang-orang beriman yang mengamalkannya dan sanjungan kepada mereka karena mereka melakukannya dengan sempurna, serta masih banyak jenis pendalilan lain di dalam al-Qur’an al-Karim dimana semuanya menunjukkan besarnya keutaamaan doa. 


Bahkan Allah I telah membuka kitabnya yang mulia dengan doa dan mengakhiri dengannya. Lihatlah surat al-Hamd (al-Fatihah) yang merupakan pembuka al-Qur’an al-Karim yang mencakup atas doa-doa kepada Allah dengan pemintaan-permintaan paling agung dan maksud-maksud paling sempurna. Ingatlah, yaitu permohonan kepada Allah Azza wa Jalla akan hidayah ke jalan yang lurus dan inayah untuk menghambakan diri kepadaNya, dan menegakkan ketaatan kepadaNya. Demikian pula surat an-Naas, yang menjadi penutup al-Qur’an al-Karim, mencakup doa-doa kepada Allah I dengan memohon perlindungan kepadaNya I dari kejahatan bisikan-bisikan al-Khannaas (setan yang bersembunyi) dari golongan jin dan manusia yang membisikkan ke dalam dada manusia. Tidak diragukan bahwasanya membuka al-Qur’an al-Karim dengan doa dan mengakhirinya dengan doa merupakan dalil akan kebesaran kedudukan doa, dan bahwa doa adalah ruh ibadah, dimana hal itu menunjukkan kebesaran kedudukannya. Seperti firmanNya I:
Dan Rabb kalian berfirman: Berdoalah kepadaKu, Aku senantiasa mengabulkan untuk kalian. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari berdoa kepadaKu akan masuk ke dalam Jahannam dalam keadaan hina. (Ghaafir: 60).


Dan seperti dalam firmanNya ketika menceritakan tentang Nabi Ibrahim ‘alaihissalam:
Dan aku mengasingkan diri dari kalian dan dari yang kalian seru selain Allah. Aku memohon kepada Rabbku, semoga dengan berdoa kepada Rabbku, aku tidak menjadi orang-orang yang celaka. Maka ketika ia mengasingkan diri dari mereka dan dari segala yang mereka seru selain Allah, Kami anugerahkan untuknya Ishaq dan Ya’qub. Dan keduanya Kami angkat sebagai nabi. (Maryam: 48-49).
Dan ayat-ayat yang senada dengannya. Dan doa juga disebut dengan nama agama (dien), seperti dalam firmanNya:
Maka berdoalah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama untukNya. (Ghaafir: 14).


Dan ayat-ayat yang semisal dengannya. 
Semua itu menerangkan kepada kita kebesaran keadaan doa, dan bahwasanya doa adalah asas peribadatan dan ruhnya, dan sebagai pertanda penghinaan diri, ketundukan, dan kepatuhan di hadapan Allah, serta ketergantungan denganNya. Oleh karena itu Allah menghasung para hamba untuk melakukannya, mencintakan mereka kepadanya dalam banyak sekali ayat al-Qur’an al-Karim. Allah I berfirman:
Serulah Rabb kalian dengan merendahkan hati dan penuh rasa takut. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang melampuai batas. Dan janganlah membuat kerusakan di muka bumi setelah diperbaiki, dan serulah Dia dengan penuh rasa takut dan harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik. (al-A’raaf: 55-56).
Dialah yang Maha Hidup, tidak ada ilah (yang diibadahi dengan benar) kecuali Dia. Maka serulah Dia dengan mengikhlaskan agama untukNya. Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. (Ghaafir: 65).
Dia  mengabarkan sebagai dorongan bagi para hamba untuk suka berdoa, bahwasanya Dia sangat dekat dengan mereka dan senantiasa mengabulkan permohonan mereka, merealisir pengharapan mereka, memberi permintaan mereka, dan berfirman:
Dan jika hamba-hambaKu bertanya tentang diriKu, sesungguhnya Aku sangat dekat (dengan mereka) dan senantiasa mengabulkan permohonan mereka jika mereka memohon (kepadaKu), maka ijabahilah (perintah-perintahKu) dan berimanlah kepadaKu agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (al-Baqarah: 186).
Siapakah yang mengabulkan permohonan orang-orang yang terdesak ketika ia berdoa kepadaNya dan menghilangkan keburukan (yang menimpanya) serta menjadikan kalian sebagai khalifah di bumi?. (an-Naml: 62).
Oleh karena itu seorang hamba semakin besar pengenalannya dengan Allah dan semakin kuat hubungannnya denganNya maka berdoanya kepadaNya lebih besar, dan ketundukannya di hadapanNya lebih sangat. Karenanya para nabi Allah dan para rasul adalah manusia yang paling besar realisasinya dalam berdoa dan mengejawantahkannya dalam seluruh keadaan mereka semuanya dan seluruh kepentingan mereka semua. Dan Allah telah memuji mereka karena hal itu di dalam al-Qur’an al-Karim, dan menyebutkan sejumlah doa mereka dalam berbagai macam keadaan dan kesempatan yang berlainan. Allah I berfirman mensifatkan keadaan mereka: Sesungguhnya mereka sangat bersegera dalam kebaikan dan berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas, dan mereka khusyu’ (ketika berdoa) kepada Kami. (al-Anbiya’: 90).




Di antara doa para nabi, seperti yang diceritakan Allah tentang nabiNya Ibrahim ‘alaihissalam ketika berfirman: Segala puji bagi Allah, yang telah menganugerahkan kepadaku di saat aku telah renta Ismail dan Ishaaq. Sesungguhnya Rabbku benar-benar Maha Mendengar doa. Wahai Rabbku, jadikanlah diriku dan anak-anakku sebagai orang-orang yang menegakkan shalat. Wahai Rabbku, dan terimalah doa-doa(ku). Wahai Rabbku, ampunilah dosa-dosaku dan dosa-dosa kedua orang tuaku dan dosa-dosa orang-orang beriman pada hari ditegakkan perhitungan. (Ibrahim: 39-41).



Dia I mengisahkan doa nabi Nuh ‘alaihissalam ketika meminta Rabbnya agar menolong dirinya menghadapi kaumnya yang telah mendustakan dan memusuhi dirinya. Maka Dia I berfirman: Sebelum mereka, kaum Nuh telah mendustakan. Mereka mendustakan hamba Kami dan mereka mengatakan: Orang gila maka usirlah dia. Maka dia berdoa kepada Rabbnya: Sesungguhnya aku telah dikalahkan, maka tolonglah aku. Lalu Kami bukakan pintu-pintu langit sehingga airpun tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, sehingga (kedua pancaran) air itupun bertemu untuk suatu urusan yang telah ditentukan. Dan Kami angkut Nuh di atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku. Yang berlayar dengan pengawasan Kami, sebagai balasan bagi orang yang telah diingkari. (al-Qamar: 9-14).
Allah juga mengingatkan tentang doa nabi Ayub ‘alaihissalam ketika ditimpa keburukan, maka Ia berfirman: Dan nabi Ayub ketika menyeru Rabbnya: Sesungguhnya keburukan menimpa diriku, sedangkan Engkau Maha Penyayang. Maka Kami kabulkan permohonannya, lalu Kami hilangkan keburukan yang menimpa dirinya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangannya sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi yang orang-orang yang beribadah (kepada Kami). (al-Anbiya’: 83-84).


Ia I juga mengingatkan doa nabi Yunus ‘alaihissalam ketika ditelan ikan, lalu ia berdoa kepada Rabbnya, sedangkan ia berada di dalam perut ikan di tengah lautan. Dan Allah mengabulkan permohonannnya, maka Ia I berfirman: Dan ingatlah kisah Dzun Nuun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah dan ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersulit dirinya. Maka ia menyeru di dalam kegelapan (perut ikan), bahwasanya tidak ada ilah (yang diibadahi dengan benar) kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dzalim. Maka Kami kabulkan permohonannya dan Kami selamatkan dia dari kedukacitaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang beriman. (al-Anbiya’: 87-88). Demikianlah, dan barangsiapa yang mencermati al-Qur’an al-Karim akan mendapati doa-doa para nabi dan permohonan mereka kepada Rabbnya serta usulan mereka di hadapanNya dalam seluruh keadaan mereka ‘alaihimushshalaatu wassalaam sebagai sesuatu yang besar di dalamnya. 


Dan seperti ketika Ia I mensifatkan para nabi dengan doa-doanya dan menerangkan mereka terhadapnya, serta pujianNya terhadap mereka atas peraihannya, maka demikian juga ketika Ia mensifatkan orang-orang beriman yang lurus dan para hamba Allah yang shalih. Ia I berfirman: Mereka menjauhkan diri dari tempat tidur guna memohon kepada Rabbnya dengan penuh harap dan cemas, dan mensedekahkan sebagian dari apa yang telah Kami rizkikan kepada mereka. Maka tidak ada seorangpun yang mengetahui (pahala) apa yang disiapkan untuk mereka yang berupa segala yang menyejukkan pandangan di surga sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (as-Sajdah: 16-17). Dan firman-Nya I: Dan sabarkanlah dirimu untuk tetap bersama dengan orang-orang yang selalu menyeru Rabb mereka di waktu pagi dan petang menghendaki Wajah Rabbnya. (al-Kahfi: 28). Dan Ia I berfirman ketika mensifatkan penduduk surga ketika mereka memasukinya dengan penuh sejahtera dan aman: Mengalir di bawah mereka sungai-sungai di dalam surga-surga yang penuh kenikmatan. Seruan mereka di dalamnya: Maha Suci Engkau ya Allah, dan ucapan penghormatan mereka di dalamnya: Semoga tetap dalam keselamatan, dan akhir seruan mereka: Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. (Yuunus: 9-10).
Jadi doa adalah ruh agama ini, bekal bagi orang-orang beriman dan bertakwa, pertanda ketundukan dan kepatuhan kepada Rabb semesta alam. Semoga Allah menjadikan kita sekalian termasuk ahlinya dan termasuk orang-orang yang dapat meraihnya. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan. 



0 komentar: