Senin, 07 Desember 2009

Tingkatan Doa (Doa dengan bisikan cinta part.2)

Tingkatan Doa

Doa dalam tingkatan paling rendah adalah doa-doa orang awam. Doa jenis ini ditandai dengan rangkaian perintah kepada Tuhan. Biasanya doa ini berisi permintaan kita agar diberi sesuatu, berisi harapan kita dan permohonan agar dilindungi dari hal-hal yang ditakuti.

Tingkatan selanjutnya adalah doa yang berbunyi, ”Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu surga dan berlindung kepada-Mu dari api neraka.” Dalam doa ini, kita meminta kepada Tuhan agar diberi surga dan dijauhkan dari neraka. Pada tingkatan ini, kita mengharapkan pahala dan dilepaskan dari siksa; kita memohon keberuntungan dan dihindarkan dari malapetaka; kita menginginkan harta yang banyak dan dijauhkan dari kesengsaraan. Seluruh doa kita hanya berkisar di antara ganjaran dan hukuman.

Lebih tinggi lagi tingkatannya adalah doa yang berbunyi, ”Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan ridha-Mu dari murka-Mu.” berbeda dengan doa sebelumnya, sang pendoa sudah tidak lagi memikirkan pemberian atau ancaman Tuhan, tetapi ia hanya memedulikan keridhaan dan kemurkaan Allah Swt.

Doa pada tingkatan berikutnya berisi pengakuan akan kehinaan dan kekecilan diri kita. Doa itu hanya berisi percakapan hamba dengan Tuhannya; yang menceritakan betapa lemahnya ia di hadapan kebesaran Tuhannya. Doa ini bersifat pengakuan dan pengaduan diri kita kepada Allah. Seperti doa Nabi Adam As: Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami. Sekiranya Engkau tidak mengampuni dan menyayangi kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.

Doa-doa seperti itu sulit untuk diamini ketika dipanjatkan bersama-sama. Sebaliknya, doa yang berisi kalimat-kalimat perintah, amat mudah untuk kita amini. Karena doa yang isinya perintah hanya ditujukan untuk diri sendiri, sifatnya sangat egoistis. Doa itu misalnya, "Tuhanku, ampunilah aku, sayangi aku, tingkatkan derajatku, dan berilah rezeki kepadaku." Kalimat dalam doa itu semua berujung kepada kata "aku". Sekali lagi, doa itu tidak salah, tetapi doa itu merupakan doa dalam tingkatan yang paling rendah.

Ketika kita mendengar doa yang berisi pengakuan akan kehinaan diri, kita sulit untuk mengamininya. Untuk doa seperti itu, kita tidak mengikuti dengan menyebutkan "amin", tetapi kita mengikuti doa itu dengan sepenuhnya hati dan menghayati setiap kata di dalamnya.

Kita dianjurkan untuk mengadu kepada Allah Swt; mengakui segala kenistaan kita dihadapan-Nya. "Tuhanku, kepada diri-Mu, aku adukan diri yang memerintahkan kejelekan, yang bergegas melakukan kesalahan, yang tenggelam dalam kemaksiatan pada-Mu, yang menjadikan aku orang celaka dan terhina..."

Tingkatan doa yang paling tinggi adalah doa yang merupakan bisikan-bisikan cinta dari seorang kekasih kepada yang dikasihinya. Doa itu merupakan rayuan pencinta kepada Sang Tercinta agar Dia memelihara cinta-Nya. Doa-doa itu senada dnegan isi surat Majnun kepada Laila: "Aku turut berbahagia atas pernikahanmu. Aku tidak meminta apa-apa kecuali engkau mengenang bahwa di satu tempat ada seseorang yang sekiranya tubuh dia tercabik-cabik binatang buas, ia akan masih tetap menyebut namamu." Dalam ucapan itu, meskipun ada permintaan, tetapi disampaikan dengan cara yang amat halus; dengan yang penuh adab.

Rabiah al-Adawiyah, seorang sufi besar, berdoa dengan doa yang amat terkenal. Dalam doa itu, Rabiah bertutur: "Tuhanku, kalau aku mengabdi kepada-Mu karena takut akan api neraka, masukkanlah aku ke dalam neraka itu dan besarkan tubuhku di dalamnya, sehingga tak ada tempat lagi bagi hamba-hamba-Mu yang lain. Namun, kalau aku menyembah-Mu karena menginginkan surgaMu, berikan surga itu kepada hamba-hamba-Mu yang lain. Bagiku, Engkau sudah cukup ..."

Doa indah Rabiah telah sampai pada tingkatan cinta. Karena doa itu telah menjelma menjadi bisikan cinta, orang merasa enak dalam memanjatkannya. Meskipun doa itu teramat panjang, karena kita tengah mengucapkan rayuan, kita akan tahan berlama-lama. Orang yang telah berdoa dengan tingkatan yang paling atas akan merasakan kenikmatan yang luar biasa ketika ia berdoa dengan rangkaian doa-doa yang panjang.

Sebagai ilustrasi akhir, mari kita renungkan, cerita Nabi Ibrahim as akan meninggal dunia. Malaikat Izrail datang untuk mencabut nyawanya. Nabi Ibrahim berkata kepadanya, "Mana mungkin Sang Khalik mematikan kekasih-Nya?" Nabi Ibrahim seakan menggugat mengapa seorang pencinta mematikan pencintanya. Allah lalu menjawab, "Bagaimana mungkin seorang kekasih tak mau berjumpa dengan kekasihnya?" Mendengan jawaban itu, Ibrahim berkata, "Kalau begitu, ambillah nyawaku sekarang juga."

Apakah kita tidak ingin mencapai derajat seperti yang dicapai Nabi Ibrahim sebagai kekasih Allah? (Demikian uraian panjang dikutip dari tulisan Jalaludin Rakhmat)


Sumber :
http://kadhafihamdie.blogspot.com/2009/02/berdoa-dengan-bisikan-cinta.html


0 komentar: